Banyuwangi, Budaya Khas Osing
Jan 18
Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur. Karakter wilayah yang terletak di ujung paling timur Pulau Jawa ini juga menarik untuk di ketahui selain wilayah tapal kuda dan wilayah arek.
Karakter Banyuwangi lebih kurang bisa dilihat dari makanan khasnya. Rujak itu dari Sidoarjo sedangkan Soto dari Madura. Disini rujak dan soto dicampur, jadilah rujak soto khas Banyuwangi. Atau pecel dicampur rawon jadilah pecel rawon yang cuma ada di Banyuwangi.
Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi dan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Suku Osing merupakan perpaduan budaya dan tradisi yang ada di Banyuwangi.
Topografi Banyuwangi yang unik didukung oleh kekuatan karakter masyarakat multikultur yang jumlahnya sekitar 1,5 juta jiwa dan tersebar diwilayah seluas 5.782,50 km2. Ada tiga elemen masyarakat yang secara dominan membentuk stereotype karakter Banyuwangi yaitu Jawa Mataraman, Madura – Pandalungan ( Tapal Kuda ) dan Osing.Persebaran tiga entitas ini bisa ditelisik dengan karakter wilayah secara geografis yaitu Jawa Mataraman lebih banyak mendominasi daerah pegunungan yang banyak hutan seperti wilayah Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo dan Tegalsari. Sedangkan masyarakat Madura lebih dominan didaerah gersang seperti di kecamatan Wongsorejo, Muncar dan Glenmore. Sementara masyarakat Osing sendiri dominan di wilayah subur di sekitar Banyuwangi kota, Giri, Glagah, Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Cluring dan Genteng.
Walaupun menjadi etnis khas Banyuwangi, secara proporsi, penduduk suku Osing bukan mayoritas di 24 kecamatan. Tidak ada data pasti yang menyebutkan berapa jumlah suku Osing di Banyuwangi. Namun sebagai gambaran, jumlah warga Osing sekitar 20 % dari total populasi. Terbanyak Jawa ( 67 % ) dan sisanya Madura ( 12 % ) dan suku lain ( 1 % ).
Meski berkelompok dalam kantong wilayah tertentu, masyarakat Osing tidak bersifat ekslusif seperti masyarakat Tengger yang hidup di dataran tinggi Tengger ( dekat gunung Bromo ) atau masyarakat Baduy di Banten. Osing sangat adaptif, terbuka dan kreatif terhadap unsur kebudayaan lain.
Karakter egaliter menjadi ciri yang sangat dominan dalam masyarat Osing. Ini tampak dalam bahasa Osing yang tidak mengenal tingkatan bahasa seperti bahasa Jawa atau bahasa Madura. Struktur masyarakat Osing pun tidak berorientasi pada priayi seperti orang Jawa juga tidak pada kyai seperti orang Madura dan tidak juga pada Ksatria seperti kasta orang Bali. Masyarakat Banyuwangi mayoritas beragama Islam, tetapi karakter sinkretisme agama dan budayapun kental.
24 April 2009 pukul 11.59
assalamualaikum.wr.wb
salam kenal teko mahasiswa UIN MALANG
www.kanal3.wordpress.com
26 April 2009 pukul 21.25
Wlaikumsalam wr.wb
Slam knal juga
23 Mei 2009 pukul 04.27
CeRen b9eT Dechh...
23 Mei 2009 pukul 04.37
nGeMeng2 PuNya ArtiKeL TeNtAng aLaS PurWo g' ???
eby_laros_182@yahoo.co.id
30 Juni 2009 pukul 00.51
masih ada juga yang peduli ama banyuwangi
ciayo.....
salam kenal
30 Juni 2009 pukul 00.56
so am i, isun laros lare.....
saben dino ring kutho atap, genteng
4 Juli 2009 pukul 03.41
Maaf buat eby, masih cari-cari infonya nih..
nanti kalau sudah ada pasti di posting. OK...
@Shulhan : Yups salam laros Jenggirat tangi.
Salam kenal dari vv di ketapang...
16 Maret 2010 pukul 04.01
nice posting,gmn kabar bwi? insyaallah lebaran nanti pulang.
28 Juni 2010 pukul 20.01
ada macam2 kata serapan bahasa osing yang berasal dari bahasa lain g???spt bali, dll
18 Mei 2011 pukul 21.07
Alhamdulillah,
mageh akeh lare banyuwangi hang kagum ambi budoyo daerahe....
Wassalaamu'alaikum,
25 September 2011 pukul 21.30
kari kwangen ambi byanyuwangi, mole mung setahun pisan *lare osing hang ono ring jakarta*
18 Juni 2012 pukul 18.29
kangen ambi Banyuwangi,,,(laros Tarakan- Kaltim)